Sunday, May 30, 2010

Tips dalam mengatasi masalah pribadi

Apakah Anda pernah merasa seperti sedang tenggelam dan sepertinya tidak ada yang benar di sekitar kita? Semuanya terasa serba salah, serba sulit, dan serba membingungkan.



Dalam film Forrest Gump, Tom Hanks pernah berkata, “Hidup adalah seperti sekotak coklat, kau tidak tahu apa yang akan Anda dapatkan.” Hidup ini penuh dengan misteri yang tidak diketahui, ketidakpastian, terlalu banyak kejutan, kesulitan yang harus dialami dan ketakutan yang harus ditaklukkan. Tapi apakah Anda setuju bahwa hidup ini selalu tidak pasti? Bukankah takdir Tuhan sudah cukup membuktikan bahwa hidup ini sudah pasti dan sudah ada jalannya? Tapi mengapa kesulitan demi kesulitan saja yang selalu kita temukan? Apa ada yang salah dengan diri kita? Lalu bagaimana cara mengatasinya ?



Langkah pertama untuk berkembang menjadi orang yang lebih baik adalah untuk menghadapi kesulitan-kesulitan pribadi Anda dan percaya bahwa Anda bisa melompati setiap rintangan di jalan untuk mencapai kemajuan.



Dalam mengatasi kesulitan pribadi tersebut, Anda harus mengubah bentuk kebiasaan yang berbeda, setidaknya Anda tidak mengulang kembali siklus kehidupan yang sama sehingga sesuatu yang menyebabkan munculnya kesulitan tersebut tidak muncul kembali atau bisa diminimalisir.


Terus terang, 6 tips untuk mengatasi kesulitan pribadi berikut ini juga jelas berlaku untuk diri saya, karena kehidupan yang semakin meradang terkadang membuat kebosanan dan rasa malas kembali muncul dan membuat sulit hidup kita sendiri. Jadi, semoga tips ini pun bermanfaat bagi Anda.

Tips #1 Berurusan dengan “bagaimana jika”
Pertanyaan-pertanyaan tertentu cenderung masuk ke pikiran kita ketika mengalami kesulitan, misalnya, “bagaimana kalau ada yang lebih parah? Bagaimana jika saya tidak pernah menemukan jawabannya? Bagaimana jika saya tidak seharusnya melakukan ini? Bagaimana jika saya tidak berada di sini? Bagaimana jika saya gagal? Bagaimana jika saya tidak menyukai?” dan sebagainya.

Pertanyaan-pertanyaan ini sesungguhnya berasal dari rasa takut yang tidak diketahui. Buatlah keputusan hari ini untuk berurusan dengan “bagaimana jika ini dan itu”. Masalah akan tetap ada, sementara rasa takut atau khawatir atau rasa cemas dengan ungkapan “bagaimana jika begini begitu”, membuat Anda tidak akan beranjak kemana pun. Akan ada saat-saat ketika sesuatu yang salah dan seharusnya tidak perlu menyalahkan diri sendiri atau pun orang lain bahkan hingga mengumpat atau kesal.

Jadi, stop ber-“bagaimana jika” !

Tips #2 Belajar untuk menjadi kuat
Belajar untuk menangani kesulitan secara matang, membuat kita lebih mampu berpikir yang tepat untuk melihat hal-hal yang bergerak ke arah yang positif. Kita mampu menghadapi tantangan ini karena kita menolak untuk membiarkan awan pesimisme dalam pikiran kita. Menjadi kuat memerlukan tekad, ketegasan dan kekuatan untuk menjaga fokus kita pada hasil, bukan pada prosesnya. Niatkan dan bulatkan tekad diri kita kepada hasil yang akan kita dapatkan, bukan kepada proses yang akan dijalani.

Tips #3 Bangun Pengalaman
“Pengalaman adalah guru yang hebat.” Biarkan setiap kejadian positif atau negatif menandai proses pembelajaran yang signifikan dalam hidup Anda. Ambil hikmah dan pengetahuan yang berharga dari berbagai pengalaman Anda. Satu-satunya tujuan dari setiap pengalaman yang didapat, adalah untuk membuat Anda orang yang lebih baik yang bisa hidup dengan percaya diri menghadapi apa pun yang ditawarkan.

Tips #4 Buat Jaminan Keamanan atas Diri Anda sendiriKetidakamanan tidak mempunyai tempat dalam permainan kehidupan. Belajar mencintai / menghargai diri sendiri, termasuk kekuatan dan kelemahan Anda. Mampu memberikan sedikit arti penting bagi diri Anda sendiri akan memungkinkan Anda menilai apa yang Anda miliki, apa yang perlu Anda dapatkan dan bagaimana Anda bekerja keras mencapai hal ini.

Meremehkan kemampuan Anda akan membuat Anda menjadi orang malang yang tidak punya jaminan keamanan sendiri. Dengan menerima siapa diri Anda, apa yang Anda miliki, keyakinan dalam diri Anda, maka Anda dapat dengan mudah berpindah menjadi orang terkenal.

Tips #5 Berbagi ketakutan
Kita menjadi takut gelap secara tidak sadar karena kita telah mendengar cerita tentang Count Dracula yang mengisap darah atau zombie. Ketakutan adalah BENAR-BENAR DIBUANG ketika kita percaya hal-hal seperti itu tidak ada. Dalam konteks persahabatan, jika kita telah mengembangkan kepercayaan kepada individu-individu tertentu, kita tidak takut untuk mencurahkan “sekam dan biji-bijian bersama”, dengan rasa takut dinilai atau semakin kecewa. Kita tahu kita akan merasa lebih baik karena teman yang dipercaya adalah tempat berkumpul yang kita inginkan di masa-masa sulit. Kita akan selalu butuh orang yang bisa kita percaya, yang menerima kita sebagai individu dengan ketidaksempurnaan.

Berupaya untuk mencari nasihat yang bijaksana karena keadaan yang terlihat dalam perspektif yang berbeda akan memberikan beberapa wawasan yang berbeda dan mungkin lebih mencerahkan.

Berbagi masalah dengan orang yang Anda percayai adalah terapi yang baik dan akan melepaskan bendungan yang terpendam jauh di dalam hati Anda serta dapat menjaga emosi Anda yang berlebihan.

Tips #6 Action, bergeraklah!
Sekali Anda telah mengakui akar masalah, merumuskan rencana tindakan yang akan membantu Anda menemukan solusi. Hati-hati mempertimbangkan setiap pro dan kontra. Ingatlah untuk melangkah ringan terlebih dahulu, satu kesalahan kecil mungkin akan membawa Anda kembali ke titik awal.

Jadilah berani oleh fakta bahwa Anda telah mempersenjatai diri dengan tekad dan kekuatan pikiran untuk melampaui kesulitan yang Anda hadapi. Juga ingat Anda tidak boleh melupakan tujuan hidup Anda.

Jika Anda merasa terganggu dengan apa yang telah Anda tetapkan di awal, maka Anda mungkin menemukan kesulitan untuk kembali ke dalam skema tertentu.

Sumber:dokternasir.web.id



Membangun Kepercayaan dengan keterdekatan

”Saya percaya kepadanya, sehingga saya bersedia berbisnis dengannya; saya tidak ragu bertransaksi dengannya karena saya yakin ia tidak akan menipu saya; saya tidak ragu merekomendasikan agar Anda berbisnis dengan dia, karena saya percaya ia selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk mitra bisnisnya.” Yah, rasa percaya memang merupakan landasan bisnis yang kuat. Tanpa adanya rasa percaya, tak akan ada transaksi bisnis yang terjadi.



Jelaslah bahwa kepercayaan merupakan motor penggerak bisnis. Lalu apa kunci membangun kepercayaan? Kuncinya hanya satu: kedekatan. Namun kedekatan ini memiliki tiga titik tolak, yaitu kedekatan fisik, kedekatan intelektual dan kedekatan emosional.


KEDEKATAN FISIK
Ada pepatah yang mengatakan bahwa jika kita sering bertemu, maka kita akan lebih mudah jatuh cinta. Ini juga berlaku dalam membangun kepercayaan. Kita cenderung lebih percaya pada orang yang secara fisik bisa kita lihat (dibandingkan dengan orang yang belum pernah kita kenal sama sekali). Membangun kedekatan fisik membutuhkan komitmen yang cukup tinggi untuk sering bertemu, dan berkomunikasi.
Bertemu. Morelan dan Zajone (1982) mengungkapkan bahwa sering bertemu merupakan salah satu alasan kuat orang saling menghargai dan saling menyukai sehingga mereka dapat saling percaya (asalkan reaksi awalnya tidak negatif). Jadi, memang tidak salah jika dikatakan ”Dekat di mata, dekat di hati”. Fenomena ini juga banyak dimanfaatkan oleh para tenaga pemasar dalam memasarkan produk mereka. Frekuensi kemunculan iklan yang tinggi untuk suatu produk dapat menyebabkan produk tersebut lebih dekat di hati konsumen. Konsumen akan cenderung lebih memilih untuk mengkonsumsi sesuatu produk atau jasa yang sudah mereka kenal dibandingkan dengan produk atau jasa baru yang sama sekali belum pernah mereka dengar. Mereka lebih cenderung percaya pada orang yang telah mereka kenal baik daripada orang asing yang belum pernah mereka lihat. Jadi untuk membangun kepercayaan, langkah awal yang perlu kita terapkan adalah bertemu dan memperkenalkan diri, setelah itu meningkatkan frekuensi pertemuan, misalnya dengan melakukan kunjungan ”silahturahmi” secara fisik ke klien (terutama klien-klien besar). Kunjungan ini, tidak harus selalu bertujuan untuk menjual produk atau jasa pada tiap kunjungan, tapi lebih dalam dari itu, yaitu membangun kepercayaan melalui kedekatan fisik (dengan menanyakan apakah ada keluhan terhadap produk yang dikonsumsi, atau menggali kebutuhan lain dari konsumen).
Berkomunikasi. Kedekatan fisik selanjutnya bisa dipererat melalui percakapan. Jika kita sering bertemu, tapi tidak pernah saling bercakap-cakap, kita tidak akan pernah mengenal orang lain dengan lebih dalam dan sebaliknya mereka juga tidak bisa mengenal kita dengan lebih baik. Orang yang tidak saling mengenal, cenderung tidak saling percaya. Sebaliknya, David J. Lieberman dalalm bukunya Get Anyone To Do Anything mengatakan bahwa komunikasi menciptakan rasa saling percaya, dan memungkinkan kita untuk membangun jembatan psikologis dengan orang lain. Komunikasi yang dimaksud di sini tentu saja komunikasi dua arah, yaitu yang mencakup tindakan menyampaikan pendapat, informasi dan menerima pendapat dan informasi. Yang penting adalah membangun komunikasi yang tulus sehingga orang lain bisa mengerti kita dan sebaliknya kita bisa mengerti apa yang diinginkan orang lain (misalnya: mitra bisnis, karyawan, atasan, target konsumen, supplier, pemegang saham).

KEDEKATAN INTELEKTUALKedekatan fisik saja ternyata belum lengkap dalam membangun kepercayaan. Kedekatan intelektual perlu diterapkan juga agar kepercayaan tidak hanya pada permukaan saja, tapi juga bisa meraih ke pikiran. Yang dibidik dari kedekatan intelektual adalah keinginan untuk dimengerti. Jika kondisi saling mengerti bisa diciptakan maka kepercayaan pun lebih mudah untuk dibangun antara kedua belah pihak. Kedekatan intelektual bisa dikembangkan dengan mencari kesamaan pengalaman dan kesamaan bahasa yang digunakan.
Kesamaan pengalaman. Kedekatan intelektual bisa disebabkan karena kesamaan pengalaman. Pengalaman yang serupa membentuk cara berpikir yang serupa pula, sehingga bisa membangun kedekatan intelektual. Pengalaman bisa digali dari lingkungan sosial dan budaya yang serupa. Misalnya, dua orang yang dibesarkan di Jakarta pada kurun waktu yang berdekatan memiliki cara pandang yang serupa, misalnya dalam membentuk opini mengenai musik, makanan, ataupun pakaian. Fenomena inilah yang menurut David J. Lieberman menjelaskan mengapa dua orang yang baru saja berkenalan bisa langsung akrab dan saling percaya. Mungkin kedua orang ini memiliki pengalaman masa lalu yang sama (pernah menderita penyakit yang sama, mengalami kegagalan ataupun kesuksesan yang sama, dan berasal dari daerah yang sama). Fenomena ini juga dimanfaatkan oleh para pebisnis untuk membidik pasar yang memiliki pengalaman yang sama. Misalnya, stasiun televisi anak muda MTV mempekerjakan pembawa acara yang seusia dengan audiens yang dibidiknya agar lebih mudah dimengerti dan lebih dapat dipercaya dari pada presenter atau Video Jockey yang usianya jauh berbeda.
Kesamaan bahasa. Seorang dokter yang menjelaskan suatu penyakit kepada pasiennya dengan menggunakan bahasa medis tidak akan dimengerti oleh sang pasien. Demikian pula dengan seorang arsitek yang menjelaskan konsep desain dengan bahasa teknis arsitektur tidak akan dimengerti oleh pemilik rumah yang tidak mempunyai latar belakang arsitektur. Jika seorang pemilik toko komputer yang juga adalah ahli komputer mencoba menjual komputernya kepada calon pembeli dengan bahasa teknis komputer, maka sudah pasti calon pembeli (yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan di bidang komputer) tidak akan mengerti manfaat ataupun keunggulan yang dipaparkan oleh penjual tersebut. Hasilnya mudah ditebak: sang pasien tidak mau lagi berkunjung ke dokter yang sama (karena tidak mengerti apa yang dikatakannya), pemilik rumah akan mencari arsitek lain yang bisa lebih dimengerti dan bisa lebih mengerti apa keinginannya, dan calon pembeli komputer akan mencari toko lain yang bisa lebih mudah menerangkan manfaat ataupun spesifikasi dari komputer yang akan dibelinya. Intinya di sini adalah untuk membangun kepercayaan, kita harus terlebih dulu membangun pengertian. Tanpa adanya ‘saling mengerti’ tidak akan ada ‘saling percaya’. Dengan demikian, penting bagi kita untuk menyamakan tingkat bahasa yang kita gunakan dengan bahasa yang digunakan oleh lawan bicara agar apa yang kita sampaikan bisa dimengerti dan informasi yang kita berikan juga bisa dipercaya.

KEDEKATAN EMOSIONAL
Kedekatan fisik dan intelektual memang perlu dibangun, tetapi yang paling penting adalah mempertahankan kedekatan secara emosional. Kedekatan emosional inilah yang membuka kunci ”kepercayaan” orang lain akan diri kita. Tanpa adanya kedekatan ”emosional”, rasa percaya tidak akan pernah ada. Kedekatan emosional bisa muncul jika ada rasa saling menyukai, keinginan untuk saling membantu, dan ketulusan untuk saling menghargai.
Saling menyukai. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kita cenderung akan lebih mempercayai orang yang kita sukai, dan kita akan cenderung menyukai orang yang juga menyukai kita. Jadi, rasa saling suka ini harus dua arah, jika tidak, maka rasa saling percaya juga tidak bisa tumbuh. Dua orang yang saling menyukai akan saling mendukung, saling berusaha melakukan yang terbaik, dan saling percaya. Jadi, jika kita menyukai orang lain, tunjukanlah secara halus (tidak memaksa) kepada orang tersebut bahwa kita menyukai mereka (menghargai mereka, memberikan perhatian kepada mereka dan menghormati mereka). Jika kita tahu bahwa ada orang lain yang menyukai kita, maka kita akan cenderung lebih membuka diri kita pada orang yang menyukai kita, dan kita cenderung lebih mempercayai mereka. Bagaimana membangun rasa saling menyukai? Tak kenal maka tak sayang. Ungkapan ini menjelaskan bahwa rasa sayang bisa dibangun dari kedekatan fisik (pengenalan, dan pertemuan yang sering). Birds of a feather flock together artinya burung-burng yang sejenis terbang bersamaan dalam kelompok. Maksud dari pepatah asing ini adalah orang-orang yang memiliki kesamaan biasanya saling menyukai, karena bisa saling mengerti. Jadi, rasa sayang dan rasa saling menyukai juga bisa ditumbuhkan jika ada persamaan intelektual.
Saling menolong. Kita akan lebih percaya pada orang yang pernah menolong kita dengan tulus. Namun jika pertolongan ini hanya dilakukan satu arah saja (dari satu pihak saja), akan terjadi ketidak seimbangan dalam hubungan, yaitu satu pihak (yang ditolong) bisa saja percaya pada pihak lain (yang menolong), tetapi tidak sebaliknya. Jadi, agar kita bisa saling percaya, kita perlu juga memberikan kepercayaan kepada orang lain untuk menolong kita. Fenomena ini diterapkan oleh Michael Dell dalam membangun bisnis penjualan komputer di dunia maya. Michael Dell memberikan kepercayaan kepada konsumen untuk menentukan sendiri spesifikasi produk komputer yang akan dibelinya, dengan memasukkan spesifikasi tersebut pada form pembelian komputer secara online. Koran dan majalah besar juga sering memberikan kepercayaan kepada para pembaca untuk menyumbangkan pendapat mereka tentang artikel-artikel yang menurut mereka menarik dan tidak menarik. Pendapat para pembaca dijaring melalui ”surat pembaca” ataupun melalui kuesioner tahunan. Pendapat pembaca ini dijadikan masukan berharga untuk memperbaiki kualitas produk dan layanan media ini kepada pembaca mereka yang setia.
Saling menghargai. Jika kita memfokuskan usaha kita untuk membuat orang lain menghargai kita, kita akan menghadapi banyak kesulitan, karena kita akan berusaha menjadi orang yang sempurna agar orang lain dapat menghargai kita. Kenyataannya, kita hanyalah manusia. Sebagai manusia kita memiliki berbagai kelemahan. Sebaliknya, jika kita memfokuskan usaha kita untuk menghormati orang lain (pendapat mereka, ide mereka, masukan dari mereka, nasihat mereka, keluhan mereka, dan harapan mereka), maka akan lebih mudah bagi kita untuk membuat mereka menghargai kita. Dengan menghargai orang lain (mendengarkan dengan sabar keluhan mereka, memperhatikan dengan antusias masukan dari mereka, dan memakai ide yang mereka usulkan), maka orang lain merasa bahwa kita adalah orang yang bisa mereka percaya. Sehingga ketika tiba saatnya kita memberikan pendapat, ide, nasihat dan masukan kepada mereka, mereka akan lebih menghargainya (karena kita telah terlebih dulu menghargai mereka).
Roda bisnis berjalan karena adanya rasa percaya dari para pelaku bisnis yang terkait. Tanpa kepercayaan, tak akan ada kegiatan bisnis yang bergulir. Untuk membangun kepercayaan kuncinya hanya satu, yaitu kedekatan. Kedekatan ini bisa dibangun dari tiga titik tolak, yaitu kedekatan fisik, kedekatan intelektual dan kedekatan emosional dengan para mitra bisnis terkait (karyawan, atasan, pemegang saham, target pasar, dan masyarakat luas). Selamat membangun kepercayaan. Sukses untuk Anda!

Sumber:sinarharapan.co.id

Membangun Kepercayaan

Mengapa perlu dibangun?

Tentu ada tak terhitung alasan mengapa kepercayaan itu penting bagi kita. Dalam kaitannya dengan dunia kerja atau usaha, saya hanya ingin menegaskan dua hal dari sekian itu, dengan kalimat seperti berikut:
 
Pertama, Kepercayaan adalah kekuatan “daya tarik” yang luar biasa untuk mengundang peluang ber-transaksi. Kalau melihat penjelasan para pakar marketing, transaksi adalah sasaran riil jangka pendek yang dicapai oleh kesepakatan antarpihak. Transaksi ini pada hakekatnya bukan saja akan dilakukan oleh para pedagang atau pebisnis, tetapi akan dilakukan oleh semua orang yang menjalankan aktivitas usaha, apapun usaha itu, termasuk juga bekerja.

Kita ingat pesan mendasar dalam dunia bisnis (baca: usaha) yang mengatakan, semua orang akan menjalani hidupnya dengan cara menjual sesuatu (selling), terlepas apakah itu barang atau jasa yang kita jual. Nah, supaya aktivitas jualan kita sampai pada tingkat transaksi, maka peranan kepercayaan sangat dominan di sini. Tidak semua produk yang belum laku itu tidak baik, tetapi adakalanya orang belum percaya akan benefit dari produk itu. Saking pentingnya kepercayaan itu dalam bisnis, sampai-sampai ada yang mengatakan begini: “jika orang itu suka kamu, ia akan mendengarkanmu, tetapi jika orang itu mempercayaimu, ia akan melakukan bisnis denganmu.”
Begitu juga, tidak semua karyawan yang belum mendapat kesempatan promosi jabatan itu tidak ahli, tetapi adakalanya orang belum percaya akan keahliannya. Bahkan ada kalimat yang pernah saya baca dari buku karya Helga Drummond berjudul: “Power: Creating It Using IT”, (Kogan Page: 1991) yang intinya ingin memahamkan kita bahwa untuk kepentingan power, maka yang terpenting bukan saja di bidang apa kita ahli, tetapi siapa saja yang mempercayai keahlian kita. Semua orang bisa ngomong politik atau ngomong tentang jeleknya pejabat, tetapi hanya orang tertentu saja yang sah untuk berbicara tentang hal ini. Semua orang di kantor bisa diajak melihat kekurangan organisasi, tetapi prakteknya hanya orang tertentu saja yang diberi hak untuk berpendapat tentang hal ini. Kira-kira begitulah contohnya.

Kasarnya, biarpun kita sudah ahli di bidang tertentu, tetapi kalau belum ada orang yang mempercayai keahlian kita, keahlian itu manfaatnya masih belum banyak buat kita. Mungkin atas dasar inilah George MacDonald pernah mengatakan: “Dipercaya itu nilainya lebih besar ketimbang dicintai.”

Berkali-kali telinga kita mendengar pengalaman para pengusaha yang bercerita tentang riwayat hidupnya. Mereka berani menyimpulkan, modal keberhasilannya adalah kepercayaan. Mereka mendapatkan uang dari orang lain yang percaya kepadanya. Lalu mereka mendapatkan produk juga dari orang lain yang percaya kepadanya. Dari modal dan produk itulah mereka mengolahnya dengan proses-proses yang terpercaya lalu lahirlah transaksi yang menguntungkan. Bank di dunia ini juga menerapakan cara kerja demikian. Mereka mendapatkan uang dari masyarakat yang percaya kepadanya. Lalu mereka kembangkan dengan sistem dan proses yang bisa dipercaya kemudian dari sinilah mereka mendapatkan untung.

Kedua, Kepercayaan akan mampu mengurangi sekian persen potensi problem dalam hubungan antarmanusia. Hubungan yang saya maksudkan di sini bisa hubungan apa saja, mungkin bisnis, mungkin profesi, rumah tangga, persahabatan dan lain-lain. Seperti yang kita alami, hubungan kita dengan orang lain itu tak hanya menjadi sumber solusi. Terkadang juga menjadi sumber problem. Problem inipun ada yang berupa kesulitan, dilema, dan misteri. Pokoknya, warna-warni problem itu bisa dikatakan tak terhitung.

Jika dicek ulang apa saja yang menjadi pemicu munculnya problem dalam hubungan, saya yakin kepercayaan termasuk salah satu faktor yang terbesar. Jika kepercayaan itu ada dalam sebuah hubungan memang tidak berarti problem akan hilang, tetapi jika kepercayaan itu sudah hilang, dipastikan akan banyak muncul problem. Problem yang diakibatkan oleh hilangnya kepercayaan ini biasanya melahirkan ketidak-efektif-an atau ketidak-efisien-an. Bisa dikatakan, kepercayaan adalah asas sebuah hubungan yang efektif dan efisien.

Kalau melihat bagaimana sulitnya memimpin bangsa Indonesia dan sulitnya bangsa Indonesia menemukan pemimpinnya dalam mengatasi masalah bangsa ini, mungkin benar juga kata para ahli di televisi. Hilangnya “trust” telah membuat roda kepemimpinan pemerintah menjadi tidak efektif dan tidak efisien, atau kerap terganjal oleh hal-hal yang tidak penting. Bukankah sering kita lihat demo atau penolakan sebagian rakyat terhadap program pemerintah padahal secara konsepnya program itu didesain untuk rakyat? Pada kasus ini tentu bukan programnya yang ditolak tetapi rakyat selalu curiga dan tidak percaya akan munculnya “jangan-jangan” yang dikhawatirkan, misalnya korupsi atau penunggangan kepentingan individu atas undang-undang yang sah.

Itulah sekilas gambaran bagaimana cara kerja kepercayaan dalam praktek hidup sehari-hari. Jika di atas ada pertanyaan mengapa kepercayaan itu perlu dibangun, maka jawabnya adalah: kepercayaan itu bukan pembawaan (traits) tetapi hasil dari pemberdayaan atau usaha (state), kepercayaan itu bukan pemberian tetapi balasan, kepercayaan itu bukan kumpulan pernyataan (talking only), tetapi kumpulan dari pembuktian (witness).

Dalam teori hidup yang dianut Jet Li, kepercayaan itu dibangun berdasarkan struktur langkah yang berawal dari: pertama, ketuklah pintu, kedua, buatlah orang lain tahu bahwa kau datang, ketiga, buktikan siapa dirimu. Jika kau sudah berhasil membuktikan siapa dirimu, maka kau akan mudah mengubah orang dan mengubah keadaan.

Perusak Kepercayaan

Ketika berbicara kepercayaan, mungkin ada dua hal yang patut diingat.

1. Kepercayaan itu datangnya dari orang lain tetapi alasannya dari kita. Artinya, ada dua pihak yang terlibat di sini. Karena itu sangat mungkin terjadi kasus penyimpangan. Misalnya saja, kita mempercayai orang yang tidak / belum layak dipercaya. Atau juga, kita belum / tidak dipercaya orang lain padahal kita sudah menyiapkan alasan untuk dipercaya.

Meskipun teknisnya sangat mungkin muncul kasus seperti di atas, tetapi prinsipnya tidak berubah. Artinya, pada akhirnya orang akan tidak percaya sama kita kalau kita tidak memiliki alasan atau kualifikasi yang layak untuk dipercaya. Sebaliknya, kita akan tetap mendapatkan kepercayaan kalau ternyata kita memiliki bukti-bukti yang layak untuk dipercaya (meski awalnya tidak dipercaya). Prinsip ini tidak bisa berubah. Tehnis sifatnya sementara tetapi prinsip bersifat abadi.

2. Kebanyakan orang sudah mengetahui apa saja yang perlu dilakukan untuk membangun kepercayaan dan mengetahui apa saja yang perlu dihindari karena akan merusak kepercayaan orang. Tetapi sayangnya hanya sedikit orang yang mau dan mampu melakukannya. Padahal, pada akhirnya kepercayaan itu butuh pembuktian, bukan pernyataan.

Sebagai penegas ulang dari apa yang sudah kita tahu, di sini saya mencatat ada tiga hal yang kerap menjadi perusak kepercayaan.

a. Malas, setengah-setengah, ogah-ogahan (low commitment)

Biasanya, sebelum kita berani melanggar berbagai komitmen dengan orang lain, awalnya kita melakukan pelanggaran itu pada komitmen pribadi. Misalnya, kita punya rencana tetapi tidak kita jalankan. Kita punya target tetapi kita biarkan. Kita punya keinginan memperbaiki diri tetapi yang kita praktekkan malah merusak. Ini semua bukti adanya “gap between the world of word and the world of action” di dalam diri kita, yang merupakan buah dari komitmen yang rendah.

Menurut pengalaman Mahatma Gandhi, efek dari disiplin yang merupakan buah dari komitmen tinggi itu, tak hanya pada satu titik dalam kehidupan kita. Tetapi ia menyebar ke seluruh wilayah. Sebaliknya, efek dari ketidakdisiplinan juga menyebar ke seluruh wilayah, dari mulai hubungan kita ke dalam (intrapersonal) sampai ke hubungan kita ke luar (interpersonal).

b. Keahlian atau kapasitas yang tidak memadai

Banyak yang sepakat mengatakan, kejujuran merupakan pondasi kepercayaan. Ini pasti benar dan sama-sama sudah kita akui sebagai kebenaran. Cuma, ada satu hal yang sering kita lupakan bahwa yang membuat kita menjadi orang yang tidak jujur, bukan saja persoalan komitmen moral, tetapi juga keahlian atau kapasitas personal. Kalau Anda hanya punya pendapatan tetap sebanyak dua juta tetapi Anda harus menanggung kredit perbulan sebanyak lima juta, maka Anda mendapatkan stimuli dan force yang cukup kuat untuk berbohong. Sebagian kita “terpaksa” berbohong bukan karena rusak imannya tetapi karena kapasitasnya belum sampai. Di sini yang diperlukan adalah kemampuan mengukur kadar diri (self-understanding), pengetahuan-diri (self knowledge) atau kemampuan membuat keputusan yang bagus (the right decision).

c. Kebiasaan Melanggar Kebenaran

Punya kebiasaan melanggar kebenaran yang disepakati agama-agama, norma-norma dan lain-lain serta punya kebiasaan mendewakan “kebenaran-sendiri” yang melawan kebenaran itu, juga bisa merusak kepercayaan. Dalam hal usaha atau kerja sering kita dapati ada orang lebih percaya sama orang lain ketimbang sama keturunannya sendiri karena pelanggaran yang dilakukan. Soal sayang, pasti orang lebih sayang sama keturunannya, tetapi soal percaya, lain lagi. Bahkan tak sedikit penjahat atau koruptor mencari orang lain yang bukan penjahat atau yang bukan koruptor ketika urusannya adalah soal kerja atau menjalankan usaha.

Proses Pembelajaran

Sebagai acuan untuk memperbaiki diri (proses pembelajaran), saya ingin mengusulkan suatu istilah yang mudah-mudahan dapat kita jadikan sebagai acuan dalam membangun kepercayaan. Istilah yang saya maksudkan itu adalah:

1. Kesalehan

2. Keahlian

3. Komunikasi

Kata saleh yang sudah dipakai umum di sini diambil dari bahasa Arab. Salah satu artinya adalah “yang cocok”, singkron, integrited, atau hormani. Kesalehan adalah kemampuan kita dalam menyesuaikan tindakan dengan nilai-nilai kebenaran yang kita yakini, menyesuaikan tindakan dengan ucapan, menyesuaikan bukti (aksi) dengan janji, atau menyesuaikan tindakan dengan kata hati, dan seterusnya.

Kenapa saya katakan kemampuan karena, tidak ada manusa yang lahir langsung soleh, menjadi orang jujur, menjadi orang yang berkomitmen tinggi, menjadi orang yang taat (discipline), dan seterusnya. Karena itu, harus ada kesadaran dari dalam untuk meningkatkan kesalehan kita dari yang paling sanggup kita lakukan. Soal bagaimana tehnisnya, itu terserah kita. Tetapi prinsipnya harus ada kesadan dan tindakan perbaikan secara bertahap.

Seperti yang saya katakan di atas, tak cukup membangun kepercayaan dengan bermodalkan komitmen moral, seperti kesalehan ini. Perlu dukungan lain, yaitu keahlian atau kapasitas, jika urusannya menyangkut kerja atau usaha. Keahlian di sini adalah kemampuan menyempurnakan pekerjaan berdasarkan standarnya. Untuk bisa memiliki kemampuan ini diperlukan tambahan pengetahuan dan pengalaman.

Pada ruang lingkup kerja dan usaha yang lebih luas, kesalehan akan bekerja untuk menyelamatkan kita dari jatuh. Sedangkan keahlian akan bekerja untuk menaikkan prestasi kita. Jika kita naik terus tetapi akhirnya jatuh, tentu ini sakit. Sebaliknya, jika kita hanya aman saja, tetapi prestasi kita tidak naik-naik, ini bisa membuat dada kita sesak. Supaya aman dan naik, kuncinya adalah kesalehan dan keahlian. Bicara kepercayaan, tentu peranan dua hal ini sangat vital. Jika kita hanya ahli tetapi tidak soleh atau soleh saja tetapi tidak ahli, kepercayaan tentunya masih kurang.

Sedangkan kemampuan berkomunikasi itu kita butuhkan antara lain untuk: a) menjelaskan penyimpangan seperti dalam kasus di atas akibat kesalahpahaman, b) menjelasakan kepada orang lain tentang diri kita atau c) menyelesaikan perosalan kesepakatan yang gagal dilaksanakan karena ada masalah yang muncul.

Ketiga acuan ini apabila berhasil kita jalankan berdasarkan keadaan-diri kita masing-masing, trust akan muncul. Soal tehnisnya mungkin bermacam-macam. Ada yang mungkin tidak dipercaya lebih dulu baru kemudian dipercaya atau ada yang langsung percaya. Percayalah!

Sumber:gsn-soeki.com

Kunci Untuk Membangun Kepercayaan

Pondasi dari setiap hubungan, entah itu bisnis, pasangan, orang tua, klien, ataupun teman, adalah kepercayaan. Kepercayaan bukan suatu hal yang dapat dibangun dengan sekejap mata, melainkan melalui sebuah kebiasaan yang konsisten dalam hubungan interaksi anda.
Dibawah ini adalah 11 bentuk kebiasaan yang dapat meningkatkan tingkat kepercayaan dalam hubungan interaksi anda:



1. Transparan

Jangan mencoba menyembunyikan sesuatu dari orang lain. Jauhkan dari segala macam agenda/rencana tersembunyi. Anda mungkin berpikir anda dapat mengelabui mereka. Namun perlu anda ketahui, kebanyakan orang memiliki intuisi yang baik, dan meskipun mereka tidak mengetahui persis apa sebetulnya rencana tersembunyi anda, mereka setidaknya memiliki perasaan yang kurang enak berada di dekat anda. Biasanya orang-orang yang mempunyai rencana tersembunyi akan terlihat dari bahasa tubuhnya. (lihat juga Bagaimana Mengetahui Seseorang Sedang Berbohong).
Jika mereka merasa tidak nyaman berada di dekat anda, mereka juga tidak akan bisa menaruh kepercayaan kepada anda.


2. Tulus
Hal ini mirip dengan poin nomor satu. Katakanlah sesuatu dengan jujur. Jangan coba-coba untuk mengelabui orang lain dengan kata-kata anda, seperti memberi pujian palsu atau pura-pura memberi dukungan. Sekali lagi, orang-orang mempunyai semacam detektor.
Ketika seseorang mengetahui bahwa anda betul-betul tulus, kepercayaan mereka akan meningkat kepada anda. Orang-orang menyukai kebenaran.

3. Fokus Pada Menambah Nilai
Dalam setiap hubungan, fokuskan pada tindakan-tindakan yang menyentuh hati seseorang. Bekerja keraslah untuk itu, karena ketika anda berhasil memberi nilai tambah pada kehidupan seseorang, mereka tidak hanya merasakan bahwa anda berada di pihaknya, mereka juga akan memiliki dorongan untuk melakukan hal yang sama kepada anda.
Contohnya, dalam hubungan bisnis adalah anda melakukan suatu hal lebih cepat dari yang dijanjikan. Dalam hubungan pribadi adalah anda fokus pada memenuhi keinginan pasangan anda daripada keinginan anda sendiri.

4. Hadirlah Dengan Seluruh Jiwa Raga Anda
Dimana saja anda berbicara dengan seseorang, buatlah ia menjadi fokus utama. Jangan berpikir tentang kerjaan di kantor ketika anda berada di rumah dan berbicara dengan pasangan anda. Sebaliknya, jangan berpikir tentang kondisi di rumah ketika anda sedang bersama klien. Hadir dengan seluruh jiwa raga anda berarti anda memberikan waktu yang berkualitas dan waktu yang berkualitas akan membangun kepercayaan.

5. Perlakukanlah Selalu Orang Dengan Hormat
Semenjak kecil kita selalu diajarkan oleh orang tua dan guru kita untuk berlaku hormat pada orang lain. Namun, karena pengaruh lingkungan, nilai-nilai tersebut mulai luntur, kita malah terbawa pada kebiasaan buruk meremehkan orang lain. Hal ini termasuk perilaku membicarakan hal-hal yang kurang baik di belakang seseorang.
Ingatlah, martabat orang lain sebagai manusia, mereka berhak diperlakukan dengan hormat. Ketika orang-orang mengetahui bahwa anda selalu memperlakukan mereka dengan hormat, maka orang-orang pun akan menaruh banyak kepercayaan pada anda.

6. Ambillah Tanggung Jawab
Ketika diri anda sedang berantakan, segeralah bereskan diri anda tanpa terkecuali. Orang lain tidak akan mengerti dan mungkin tidak akan peduli dengan permasalahan yang anda alami. Lupakan mencari-cari alasan, dan ambillah saja tanggung jawab yang diberikan pada anda, tidak perlu banyak berpikir. Pembenaran dan membuat alasan mungkin membantu anda dalam jangka pendek, namun untuk jangka panjang, justru akan menurunkan tingkat kepercayaan orang terhadap anda.
Dewasa ini, berani bertanggung jawab merupakan karakter yang sulit ditemukan dimana kebanyakan orang lebih sering menghindari konsekuensi negatif akibat perbuatan mereka. Beranilah untuk membuat perbedaan maka anda akan merebut kepercayaan dari orang lain.

7. Fokus Pada Umpan Balik
Kecuali anda adalah seorang pembaca pikiran, satu-satunya cara anda dapat mengetahui seberapa baik hubungan anda dengan seseorang adalah dengan cara meminta umpan balik (feedback) dari orang tersebut. Jangan hanya pasif menunggu orang memberi umpan balik pada anda, namun anda harus aktif memintanya. Kebanyakan orang takut untuk memberikan umpan balik kepada anda, apalagi jika mengandung hal negatif. Mintalah dengan tulus kepada seseorang dan berilah respon yang baik, maka orang tersebut akan rela untuk memberikan umpan balik kepada anda. Terimalah semua umpan balik, baik yang positif maupun negatif, dan sebisa mungkin rubahlah kebiasaan anda yang kurang baik berdasarkan umpan balik tersebut.

8. Terimalah Kritikan Dengan Baik
Belajarlah untuk mengatasi kritik dengan rasa syukur. Dibanding anda bertahan (defensive), pertimbangkan apa yang orang lain katakan, mungkin ada benarnya. Menutup diri anda dari segala kritik mempunyai dampak menutup segala komunikasi.
Dalam beberapa kasus, kritik mungkin ada tidak benarnya. Untuk contoh ini, anda mempunyai kesempatan untuk menunjukkan empati. Cobalah mengerti permasalahan seseorang dari sudut pandangnya. Mungkin kritik hanyalah sekedar luapan emosi dari kekesalan yang mereka miliki pada anda. Kerelaan anda untuk tidak mengambil sikap bertahan justru akan meningkatkan rasa kepercayaan dalam hubungan anda dan orang tersebut.

9. Berbudi Bahasa yang Baik
Berbudi bahasa yang baik harus dapat anda pegang teguh. Hanya ucapkan kata-kata yang baik kepada orang-orang, meskipun orang tersebut tidak berkata baik kepada anda. Cepatlah meminta maaf ketika anda mengetahui bahwa anda salah.
Mengapa anda harus melakukan ini? Pertama, bayangkan apa yang anda rasakan jika orang-orang mendapatkan pengalaman yang baik bersama anda. Kedua, bayangkan tingkah laku orang-orang yang akan ikut terbawa menjadi lebih baik karena mereka berada dekat terus dengan anda. Orang-orang akan menaruh kepercayaan besar kepada anda.

10. Memegang Janji
Janji adalah sesuatu yang memiliki dampak yang sangat kuat. Tepatilah semua janji yang telah anda buat. Buatlah kata-kata anda jauh lebih kuat dibanding kontrak tertulis apapun, dan jangan sekali-kali membuat janji kosong.
Alhasil orang-orang akan menghargai anda dan menaruh kepercayaan yang tinggi kepada anda.

11. Konsisten
Yang tidak kalah penting, konsistenlah dengan perilaku-perilaku diatas. Jangan hanya sesekali saja anda melakukannya. Konsistensi adalah kunci untuk menjaga kepercayaan orang lain kepada anda.

Dikutip dari:akuinginsukses.com

MANUSIA DAN KEGELISAHAN

Salah satu dari bagia kehidupan manusia yang sekian banyak dialami oleh manusia salah satunya adalah kegelisahan. Kegelisahan disini bukan ke-geli – geli basah-an.

Kegelisahan dalam diri manusia dapat timbul sewaktu – waktu tanpa atau dengan diharpkan kehadirannya. Banyak faktor yang yang mempengaruhi dan menimbulkan kegelisahan dalam diri manusia. Adanya rasa gelisah yang dirasakan dan dialami oleh manusia pada dasarnya disebabkan oleh manusianya itu sendiri karena semua manusia memiliki hati, perasaan dan pikiran.

Kegelisahan pada diri manusia biasanya sangat erat kaitannya dengan sebauh kata “Tanggung Jawab”. Baik secara individual, sosial maupun religius. Jika usaha yang telah kita lakukan untuk mempertanggung jawabkan mengalami kesulitan dan kendala, kegagalan atau tidak berhasil maka secara langsung otak kita akan terkoneksi dengan yang direspon “Kegagalan dan permasalahan”. Dengan kata lain terkoneksi dengan hati, perasaan dan pikiran. Baik disadari atau tidak disadari. Begitu pula jika yang telah dilakukan telah memcapai titik maksimum dan berhasil maka kita sendiri tidak luput dari permasalahan dan kegelisahan, sebagai conth kegelisahan untuk mempertahankannya dan sebaginya.

Bentuk – bentuk kegelisahan dalam diri manusia dapat mnjelma dalam suatu bentuk, seperti :

1. Keterasingan
Terasing, diasingkan atau sedang dalam keterasingan sudah ada sejak puluhan bahkan ribuan tahun lamanya. Dimana terasing pada dasarnya dapat didefinisikan sebagi bentuk kehilangan eksistensi diri yang disebabkan tidak adanya pengakuan tentang keberadaan kita “secara hakikat” atau dengan kata lain merasa tersisihkan dan termarjinalkan oleh diri sendiri dan orang lain dalam pergaulan atau mayarakat. Keterasingan disebabkan oleh dua faktor, yaitu (1) Faktor intern, atau fakor yang berasal dari dalam diri sendiri seperti merasa berbeda dengan orang lain, rendah diri dan bersikap apatis dengan lingkungan. (2) Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri. Faktor ini pun bias bersumber pad afaktor yang pertama.

2. KesepianAplikasi dan perwujudan dari terasing adalah kesepian. Jika seseorang sudah merasa diasingkan maka orang tersebut akan mengalami kesepian dalam diri dan lingkunga sehingga merasa sepia tau kesepian. Jika hal ini terus dibiarkan maka orang tersebut akan kehilangan unsur dan karakter unik dalam dirinya senhingga dia pun sulit untuk mengenali dirinya.

3. Masih banyak lagi…
gberasal dari bahasa gelisah yang artinya tidak nyaman, tidaktenteram, merasa cemas, khwatir yang porsinya berlebihan dan terus – menerus. Dapat dikatakan sebagai suatu kewajaran jika setiap manusia mengalami kegelisahan dalam diri dan hidupnya dan hal ini dikarenakan sebagai resiko yang harus diterimanya atau kodrat.

Sumber:filsafat.kompasiana.com

Pengorbanan Cinta

“tiada sekali-kali engkau gapai kemuliaan sampai engkau mampu menafkahkan apa yang paling engkau cintai dari dirimu”


Tuhan adalah sang pencinta hakiki. Namun ia tidak akan memberikan cinta sejati-NYA bila yang mencoba mendekati-NYA tak memberikan cinta murninya dan menafikan cintanya kepada yang lain.
Tuhan takkan menyambut cinta hartawan, bila harta masih membelit fikiran dan angan. Ia takkan menerima rayuan sang rupawan bila keelokan masih menjadi dasar kekaguman. Ia takkan menyambut sapaan sang pencinta bila pujaannya masih tujuan utama kasih sayang.
Tuhan ingin memiliki cintamu penuh. Tuhan menginginkan bukti kesejatian cintamu. Bila ia meminta, maka yang Ia inginkan dari yang kau beri adalah apa yang paling engkau cintai dan sukai. Karena dengan itu berarti kau telah mampu membuktikan hakekat cintamu pada-NYA. Dengan itu cintamu tidak mendua. Karena mana mungkin kau katakana dengan dengan lembut bahwa kau mencintai-NYA sementara harta yang kau miliki masih menjadi bayanganmu, karena tidak mungkin kau bisikkan dengan syahdu bahwa kau adalah kekasih-NYA sementara kesenangan duniawi menjadi dambaan hasil kerjamu.
Lihatlah contoh sang pengorban cinta sejati yang menjadi kekasih-kekasih Tuhan dalam kitab sucimu. Tidakkah kau nanya Ibrahim mengorbankan cinta pada anak dambaannya untuk dianugerahkan pada-NYA. Tidakkah kau lihat Ismail yang mengorbankan cinta pada nyawanya demi menggapai cinta Rab-nya. Tidakkah terfikir olehmu Hajar yang merelakan kecintaan pada anak tunggal yang ia lahirkan demi kasih pada Khaliq-nya. Tidakkah terlintas olehmu Yusuf yang lebih memilih penjara, Nuh yang melihat kematian anaknya di depan mata kepalanya, Masyithah yang mengorbankan nyawa diri dan keluarganya, Bilal yang memasrahkan kulitnya terbakar hangus dan para muhajirin yang menerpa panas gersangnya padang gurun, serta para Anshar yang meridhai makanan, rumah dan harta mereka untuk berbagi demi-NYA. Semua adalah para pengorban cinta. Cinta pada harta, keluarga bahkan nyawa. Cinta perlu pengorbanan. Namun tidak setiap yang kau korbankan demi cinta pada kekasih manusiamu kan kau dapatkan balasan darinya seperti apa yang kau korbankan untuknya. Tetapi pengorbanan sebagai bukti cintamu pada-NYA akan membawamu pada pemberian yang lebih dan berlipat dari apa yang kau korbankan.
Lihatlah kembali apa yang terjadi kepada para pengorban cinta itu… Mereka tidak pernah kehilangan apa yang mereka korbankan sebagai bukti kesejatian cinta. Mereka tak kehilangan anak istri, harta kekayaan bahkan nyawa.

Permisalan bagi mereka yang menafkahkan hartanya di jalan Allah seperti satu bibit yang tumbuh menjadi tujuh cabang, setiap cabang memiliki seratus bibit. Allah melipatgandakan bagi siapa yang ia kehendaki…



Jangan engkau mengira mereka yang gugur dalam fi sabilillah itu mati, tetapi sesungguhnya mereka hidup, hanya saja kalian tidak merasakannya.


Itulah hakekatnya. Karena yang mereka cintai adalah Ia Sang Pencinta yang Maha Kaya. Yang menjadi sumber cinta yang damai, mata air kasih yang memberi lebih. Ia tidak butuh sama sekali dengan apa yang ada padamu, yang Ia ingin lihat adalah sejauh mana pengorbananmu dengan menafikan cintamu pada sesuatu selain-NYA.
Karena itu Ia selalu merespon lebih besar dari setiap upaya pengorbanan yang engkau berikan sebagai untukapan rasa cintamu pada-NYA. Bila kau cintai Ia sejengkal akan Ia balas sedepa, bila kau cintai Ia sedepa akan Ia balas sehasta, bila kau cintai Ia dengan berjalan, Ia akan balas dengan berlari.
Tuhan adalah Sang Pecinta sejati. Namun tiada kau dapat kesempurnaan cinta-NYA bila belum mampu mengorbankan cinta itu sendiri. Karena itu pengorbanan cinta adalah sumber pengorbanan dan menjadi pengorbanan terberat dan tersulit. Wallahu’alam

Dikutip dari:ukafahrurosid.com

Pengorbanan

'Membahagiakan orangtua, menyekolahkan adik, mencari kehidupan yang lebih baik, mengumpulkan modal demi masa depan keluarga dan anak-anak', menjadi motif bagi banyak perempuan muda untuk mengadu nasib ke luar negeri, meninggalkan sanak keluarga sendiri dan menjadi pembantu di keluarga orang lain'.
Saat ini sekitar empat setengah juta warga Indonesia menjadi buruh migran dan 70 persen perempuan. Sebagian besar bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Hongkong menjadi satu dari sekian tempat tujuan populer. Diperkirakan terdapat 110 ribu buruh migran Indonesia di sana dan enam ribu di Macau.

Pengorbanan
Satu dari mereka adalah Meme, gadis belia asal Blitar, Jawa Timur berusia 17 tahun. Meme berada di Hongkong selama hampir dua tahun. Ia meninggalkan Indonesia setamat SMP, dengan tujuan mencari uang untuk kedua adik, ayah, ibu serta untuk mempersiapkan masa depannya. 'Aku sebetulnya pingin melanjutkan SMA tapi aku kasihan sama ibuku. Ibuku kerja di Hongkong tapi sudah pulang, ayahku hanya seorang kuli. Aku punya adik dua yang pingin sekolah. Kalau aku lanjutin sekolah, mereka yang nggak bisa sekolah, kasihan', kata Meme. 'Sudah biar aku saja yang kerja untuk biaya sekolah adik-adikku', tambahnya.

Terganjal KasusBerbeda dari Meme yang masih lajang, Susanti, ibu muda berputri satu asal Madiun, Jawa Timur, belum genap satu tahun di Hongkong. Susanti tergiur gaji besar, tapi bukan uang yang didapat, justru tuduhan pencurian oleh majikan. Ia sekarang harus berurusan dengan polisi dan pengadilan. 'Saya ke sini karena saya pikir gajinya besar. Saya menanggung anak dan orang tua, tapi tidak tahunya malah begini', kata Susanti, yang berbulan-bulan lamanya menunggu polisi menyelesaikan kasusnya. Sementara itu pula Susanti tidak memiliki pendapatan karena peraturan melarangnya bekerja.

Demi Kekasih
Meme dan Susanti mewakili sebagian besar buruh migran yang harus meninggalkan sanak keluarga dan teman-teman mereka. Rasa rindu akan anak, suami, orangtua maupun pacar, diobati dengan kebulatan tekad bahwa mereka melakukan ini semua untuk orang-orang yang mereka kasihi.

Jus atau Siti Romlah adalah pengantin baru ketika ia harus kembali ke Hongkong satu setengah tahun yang lalu dan belum tahu kapan akan pulang ke Indonesia. 'Cita-cita sih mau cepat-cepat pulang ketemu keluarga dan bisnis kecil-kecilan', demikian Jus. 'Tapi karena kondisi, masih harus menyekolahkan adik dan mencukupi keluarga maka untuk pulang sekarang belum bisa. Rencananya satu tahun lagi tapi kalau masih kurang ya diundur lagi'. Selama itu pula Jus dan suaminya Anang harus membina hubungan melalui telepon dan sms.

Harga yang Dibayar
Relasi jarak jauh suami-isteri beserta seluruh akibatnya atau anak-anak yang merasa asing dengan ibunya sendiri, menjadi harga yang harus dibayar para perempuan buruh migran. Tidak itu saja, mereka juga harus mengorbankan kebebasan pribadi untuk menjadi pembantu di rumah orang lain. Semua itu dilakukan tanpa mengeluh, demi meraih secercah harapan masa depan yang lebih baik.

Dikutip dari:static.rnw.nl

Kesadaran

Kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar artinya merasa, tau atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti, misalnya , rakyat telah sadar akan politik. Kesadaran merupakan suatu yang dimiliki oleh manusia dan tidak ada pada ciptaan Tuhan yang lain. Kesadara yang dimiliki oleh manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat menempatkan diri manusia sesuai dengan yang diyakininya. Refleksi merupakan bentuk dari penggungkapan kesadaran, dimana ia dapat memberikan atau bertahan dalam situasi dan kondisi tertentu dalam lingkungan. Setiap teori yang dihasilkan oleh seorang merupakan refleksi tetang realitas dan manusia. Manusia dalam melahirkan cinta untuk semua merupakan jawaban untuk eksistensi manusia yang membutuhkan rasa dan sayang dari yang lain. Begitupula, tetang kesadaran merupakan sangat berkaitan dengan manusia bahkan yang membedakan manusia dengan binatang. Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Manusia dengan dikaruniahi akal budi merpakan mahluk hidup yang sadar dengan drinya. Kesadaran yang dimiliki oleh manusia kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa silam, dan kemungkinan masa depannya. Manusia memiliki kesadaran akan dirinya sebagai entitas yang terpisah serta memiliki kesadaran akan jangka hidup yang pendek, akan fakta ia dilahirkan diluar kemauannya dan akan mati diluar keinginannya. Kesadaran manusia ia akan mati mendahului orang-orang yang disayanginya, atau sebaliknya bahwa yang ia cintai akan mendahuluimya , kesadran akan kesendirian, keterpisahan, akan kelelamahan dalam menghadapi kekuatan alam dan masyarakat. Semuanya kenyataan itu membuat keterpisahan manusia, eksistensi tak bersatunya sebgai penjara yang tak terperikan. Manusia akan menjadi gila bila tak dapat melepaskan diri dari penjara tersebut. (Erich Fromm, The Art of Love)

Kesadaran menurut Sartre berifat itensional dan tidak dapat dipisahkan di dunia. Kesadaran tidak sama dengan benda-benda. Kesadaran selalu terarah pada etre en sio (ada-begitu-saja) atau berhadapan dengannya. Situasi dimana kesadaran berhadapan oleh Sartre disebut etre pour soi (ada-bagi-dirinya). Bahwa kesadaran saya akan sesuatu juga menyatakan adanya perbedaan antara saya dan sesuatu itu. Saya tidak sama dengan sesuatu yang saya sadari ada jarak antara saya dengan objek yang saya lihat. Misalkan entre pour soi menunjuk pada manusia atau kesadaran. Manusia adalah eter pour soi sebab ia tidak persis menjadi satu dengan dirinya sendiri. Tiadanya identitas manusiadengan dirinya sendiri memungkinkan manusia untuk melampaui, untuk mengatasi dirinya dan menghubungkan benda-benda dengan dirinya sesuai dengan yang dimaksud dan tujuannya. Ketidak identikan manusia dengan dirinya sendiri tampak dalam kesadaran yang ditandai oleh regativitas, penidakan. Negativitas menunjukan bahwa terhadap etre pour soi atau kesadaran hanya dikatan it is not what it is. Maka kesadaran disini merupakan non identitas, jarak, distansi. Kegiatan hakiki kesadaran merupakan menindak, mengatakan tidak. Etre por soi tidak lain dari pada menindak atau menampilkan ketiadaan. Kebebasan bagi Sartre merupakan kesadaran menindak, dan manusi sendiri merupakan kebebasan. Pada manusialah itu eksistensi itu mendahului esensi, sebab manusia selalu berhadapan dengan kemungkinan untuk mengatakan tidak. Selama manusia masih hidup ia bebas untuk mengatakan tidak, baru setelah kematian maka cirri-ciri hidupnya dapat dibeberkan. (Alex Lanur, Pengantar dalam “Kata-Kata”)

Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan integrasi. Meskipun secara kronologis perkembangan kesadaran manusia berlangsung pada tiga tahap; sensansi (pengindraan), perrseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian). Secara epistemology dasar dari segala pengetahuan manusia tahap perseptual. Sensasi tidak begitu saja disimpan di dalam ingatan manusia, dan manusia tidak mengalami sensasi murni yang terisolasi. Sejauh yang dapat diketahui pengalaman indrawi seorang bayi merupakan kekacauan yang tidak terdeferensiasikan. Kesadaran yang terdiskreminasi pada tingkatan persep. Persep merupakan sekelompok sensasi yang secara otomatis terimpandan dintgrasikan oleh otak dari suatu organisme yang hidup. Dalam bentuk persep inilah, manusia memahami fakta dan memahami realitas. Persep buka sensasi, merupakan yang tersajikan yang tertentu (the given) yang jelas pada dirinya sendiri (the self evidence). Pengetahuan tentang sensasi sebagai bagian komponen dari persep tidak langsung diperoleh mnusia jauh kemudian, merupakan penemuan ilmiah, penemuan konseptual.

Sumber:Wikipedia

MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

Manusia merupakan mahluk tuhan yang unik sekaligus kompleks tetapi juga sederhana. Artinya adalah secara manusia dapat didefinisikan secara sederhana menurut bentuk fisiknya. Tetapi pada dasarnya definisi tentang manusia sangatlah rumit dan sangat – sangat kompleks serta sangat tidak mudah untuk didefinisikan secara terperinci.

Manusia merupakan mahluk individual (pribadi), manusia juga mahluh sosial (berkmasyarakat) dan manusia juga merupakan mahluk pengabdi dalam batasan seorang hamba (religi) artinya adalah manusia itu sendiri sebagai mahluk tuhan. Jika ditinjau dari definisi manusia dari aspek tersebut diatas maka tidak akan terlepas peranan manusia di dunia ini yang mencakup ketiganya secara sederhana namun kompleks. Sehingga dari pernyataan dan definesi tersebutlah dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahluk pembelajar.

Aktor terhebat dengan karakteristik yang menjiwai peranannya dalam bermain sinetron didunia ini dengan skenario dan sutradara tuhan adalah manusia. Ketika manusia sudah menentukan peranannya sendiri baik secara langsung atau tidak langsung maka manusianya itu sendiri akan terikat oleh sebuah sistem permainan tuhan dan permasalahan yang tidak mudak, yaitu tanggung jawab.

Karena manusia pada hakikatnya adalah mahluk pembelajar, maka diperlukan sebuah kontrol sistem dalam sebuah pemainan karakter didunia ini, yaitu tanggung jawab. Tanggung jawab merupaka kesadaran akan setiap sikap dan tingkah laku yang telah dilakukan atau bahkan akan dilakukan, baik sengaja atau tidak di dalam dunia ini, baik secara personal, sosial hingga kejenjang yang lebih tinggi yaitu pengabdian seorang hamba terhadap tuhannya.

Tanggung jawab merupakan aktualisasi dan perwujudan dari sikap sadar seorang yang dikatakan manusia. Jika manusia melakukan suatu hal dengan resiko dan penyelesaian masalahnya dilakukan dalam keadaan tidak sadar, baik sakit atau pengaruh obat – obatan maka tidak dapat dikatakan sebagai si tanggung jawab. Sadar memiliki pengertian tahu, pengertian dan ingat sehingga kesadaran dapat didefinisikan sebagai pengertian dan rasa ingin tahu manusia terhadap hal yang benar baik terhadap sikap dan perbuatannya. Dimana kesadaran manusia sangat berkaitan erat denga hati dan pikiran yang terbuka dan mau menerima sejumlah informasi dan ilmu pengetahuan serta hal – hal yang benar.

Jika si manusianya tidak mau dan tidak dapat bertanggung jawab, maka si manusianya secara tidak langsung tidak sadar atau bukan manusia. Hanya saja perwujudan secara fisik tampak seperti manusia.

Urusan hati adalah urusan tuhan…

Masalah hati adalah permasalahan manusia…

Sumber:filsafat.kompasiana.com

Kebajikan Dimulai dari Diri Sendiri

Saat ditanya oleh siswanya, "Bagaimana seseorang bisa mengembangkan karakter moral yang baik ? "Konfusius menjawab "Kebajikan dimulai dari diri sendiri." Ketika seseorang mulai menekankan pada pengembangan moral, itu adalah awal kebajikan dan kebijaksanaan seseorang. Keindahan hakiki adalah saat seseorang memperkaya karakter moralnya, dan manifestasinya adalah kebaikan dan ketulusan. Perbedaan antara orang bajik dan penjahat tergantung apakah ia memupuk karakter moralnya atau tidak. Berikut ini adalah tiga cerita pada kultivasi karakter moral seseorang.

Orang Bijaksana Mampu Menyebarkan Kebajikan di Mana-mana
Dahulu kala, Para petani di Gunung Li menyerang perbatasan suatu lahan pertanian milik orang lain. Shun, salah satu dari nenek moyang budaya Tiongkok, pergi ke kaki Gunung Li untuk bertani. Setelah satu tahun, insiden seperti itu tidak terjadi lagi. Di waktu lain, para nelayan di tepi Sungai Kuning saling bersaing untuk pembagian wilayah sungai. Shun pergi ke sana untuk menjadi nelayan. Setahun kemudian, para nelayan belajar menghormati orang yang lebih tua. Di Daerah Yi bagian Timur, pembuat keramik sering menghasilkan produk-produk berkualitas rendah. Shun pergi ke sana untuk menjadi pembuat keramik. Setahun kemudian, keramik yang dihasilkan di daerah itu memiliki kualitas yang baik. Konfusius memuji, "Pertanian, perikanan, dan pembuat keramik diatur oleh Shun. Shun pergi ke tempat-tempat itu untuk mengajar orang-orang pertanian, menangkap ikan, dan memproduksi keramik. Shun menyentuh hati rakyat dengan kejujuran, kepercayaan, baik hati, dan perilaku berbudi. Orang-orang bersedia belajar dari dia. Ini adalah bagaimana seorang bijak mencerahkan orang. Seorang bijak mengajarkan kebajikan melalui tindakan-tindakannya. "

Ketat Terhadap Diri Sendiri, Namun Toleransi kepada Orang Lain
Selama Musim Semi dan Gugur, dan Negara dalam Periode Perang, Penguasa Jin menyerang Penguasa Chu. Meskipun tentara Chu mundur sembilan puluh li (satuan jarak Tiongkok), pasukan Jin terus melanjutkan serangan mereka. Pejabat tinggi Chu memohon kepada Raja Chu, "Mohon untuk kita membuat serangan balasan". Raja Zhuang dari Chu menjawab, "Ketika Raja sebelumnya memerintah, Jin tidak menyerang. bagaimanpun, sekarang Jin menyerang kita selama aku berkuasa di Chu. Ini salahku. Jika saya perintahkan untuk serangan balasan ke Jin, pejabat tinggi Chu akan dipermalukan dan sakit hati. Bagaimana aku bisa membiarkan itu terjadi?

"Para pejabat tinggi menjawab," Ketika Raja sebelumnya disini, Jin tidak menyerang Chu. Namun, sekarang kita adalah pejabat tinggi, Jin menyerang kita. Ini adalah kesalahan kita. Harap kaisar mengizinkan untuk membalas serangan mereka. " Raja Zhuang dari Chu menundukkan kepala dan menangis tersedu-sedu untuk sementara waktu. Kemudian dia bangkit dan memberi sikap hormat kepada masing-masing pejabat tinggi.

Setelah mendengar apa yang terjadi di Chu, orang – orang Jin berkata, "Raja Chu dan pejabat tingginya semua bisa mengakui kesalahan mereka, dan Raja Chu rendah hati dan sopan kepada para pejabat tinggi. Jelas mereka semua bersatu, dan pasukan mereka berada dalam kondisi prima. Oleh karena itu, kami mungkin tidak dapat menaklukkan Chu. "Akibatnya, pasukan Jin mundur dalam semalam dan kembali ke Jin.

Konfusius memberi ulasan mengenai insiden ini, "Dengan beberapa kata, Raja Zhuang Chu mampu menahan pasukan musuh di teluk. Karena Raja dan pejabat pemerintah menempatkan pentingnya kultivasi karakter moral mereka, bangsa hidup dalam damai. Hal ini tidak mengherankan bahwa negara Chu akhirnya menjadi negara yang kuat. Prinsip ini dinyatakan dalam sebuah puisi dari Puisi Klasik - 'Dengan memperlakukan semua orang walau yang dekat ataupun jauh dengan toleransi dan kerendahan hati, bangsa akan stabil '. "

Ketika orang bijak bertemu situasi apa pun, terutama selama dalam kesulitan, ia harus mengingatkan diri dengan kebenaran dan ketat terhadp diri sendiri. Di permukaan tampak dia memelihara prinsip-prinsip kebenaran, tetapi kenyataannya ia menjaga hatinya sendiri dan nalurinya. Dia harus selalu ingat untuk melaksanakan tugasnya dengan tenang dan hati damai , bersikap tegas dengan dirinya sendiri, tetapi memperlakukan orang lain dengan toleransi, dan memperlakukan semua makhluk dengan belas kasih.

Pada suatu kesempatan, murid-murid Konfusius sedang mengadakan diskusi. Beberapa siswa berbicara tidak tenang, menggunakan bahasa yang keras dan ekspresi wajah dramatis. Zi Zhang berkata, "Ketika membahas suatu masalah, Konfusius memberi sebuah contoh. Ketika guru kita berbicara, dia berbicara perlahan, lembut, dan tegas. Sikapnya tegas dan hormat. Dia mendengarkan dengan tenang sampai ia mengerti apa yang orang katakan, kemudian ia mengungkapkan pendapatnya dengan hati-hati dan tenang. Dia menempatkan dirinya dalam diri orang lain, dan sederhana dan sopan. Pemikirannya sangat baik dan menyesuaikan dengan etika sosial yang ditetapkan.

Dia berwawasan luas dan toleran terhadap orang lain. Karena dia mempraktekkan apa yang ia ajarkan, dia mampu menyebarkan pemikirannya mengenai moralitas dan keadilan. Ketika membahas sebuah masalah, orang-orang yang moralnya rendah cenderung banyak komentar dan sombong, dan suka membahas kesalahan orang lain. Ketika mereka berbicara, mereka sering menatap dan melemparkan kata-kata dengan cepat dan fasih. Mereka berbicara dengan emosi dan tidak rasional, dan sikap mereka adalah keras kepala. Ini bukan cara bicara seorang yang berbudi luhur. Kita harus belajar dari Konfusius. "

Zi Xia bertanya pada Konfusius, "Apakah orang berbudi luhur dinilai dari kata-katanya?" Konfusius menjawab, "Seorang berbudi luhur memiliki tingkat rasionalitas tinggi. Orang yang memiliki pengetahuan luas tetapi tidak memahami alasan di baliknya tidak dapat memenuhi standar orang berbudi luhur yang mencari pengetahuan sejati. meskipun kata-katanya bijaksana dan berlimpah, mereka masih tidak dapat membuat orang mendengarkan. Seseorang dengan nilai-nilai moral yang tinggi harus menghormati orang lain; ini adalah cara untuk menjaga moralitas tinggi. Seseorang yang memiliki kecerdasan dan kebijaksanaan harus berpikiran terbuka dan rendah hati; ini cara untuk menjaga kecerdasan dan kebijaksanaan. Seseorang dengan pengetahuan luas perlu untuk mengingatkan diri pada kurangnya pengetahuan; ini adalah cara untuk menjaga jati dirinya. Dengan menahan diri, orang selalu menyisakan ruang dalam hatinya.

Sumber:erabaru.net

Kebajikan

Di dalam Al Qur’an (surat Al Baqarah ayat 177) ada ungkapan al Birr, artinya kebajikan. Lafal ayatnya adalah: Laisal birra an tuallu wujuuhakum qibalai masyrikqi wal maghrib (Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan).

Ayat ini turun sehubungan dengan sikap penduduk muslim di Madinah pada waktu itu. Mereka merasa sebagai orang-orang baik, sedangkan yang lain (non muslim) sebagai orang-orang yang tidak baik (sesat). Untuk menyadarkan penduduk Madinah yang telah bersikap salah itu, turunlah ayat ini.

Pengertian dan Sikap Keliru
Khalifah Umar ibnu al Khaththab pernah mengatakan: “Tidaklah dapat mengukur keimanan dan keislaman seseorang karena ia telah melaksanakan shalat, tidak juga karena ia telah berpuasa, tidak juga karena telah membayar zakat hartanya, dan tidak juga karena ia telah menunaikan ibadah haji. Akan tetapi keimanan dan keislaman seseorang harus terlihat pada kehidupannya sehari-hari “.

Adalah pernyataan dan sikap keliru jika seseorang yang telah melaksanakan shalat lalu dikatakan sebagai orang baik. Betapa banyak orang yang telah menjalankan ibadah shalat, baik shalat lima waktu (shalat fardhu) maupun shalat-shalat sunat akan tetapi (ternyata) ia masih suka berbohong, mengucapkan kata-kata kotor, suka menggosip, benci kepada seseorang, mau mengambil sesuatu yang bukan miliknya (bukan hanya itu), bahkan ia juga terlibat kasus korupsi dan lain-lain.

Oleh karena itu, janganlah langsung mengalakan baik terhadap seseorang, akan tetapi perlu diperhatikan perbuatan, perilaku dan sikapnya sehari-hari, sebagaimana penjelasan komprehensif dari agama Islam (al Qur’an).

Seseorang yang baik dalam pandangan manusia belum tentu baik dalam pandangan Allah SWT. Akan tetapi, apabila diri dan kehidupan seseorang telah baik dalam pandangan Allah SWT dan Rasul-Nya, maka dialah sebenarnya orang yang baik.

Ukuran Kebajikan
Mengukur seseorang tentang kebaikannya (kebajikannya) harus terpenuhi (minimal) lima kriteria. Kelima kriteria itu adalah:

1. Segi Keimanan.
Sebagai orang yang beriman ia adalah orang yang sangat menyadari bahwa dalam hidup dan kehidupannya ada Dzat (sesuatu yang ghaib) yang Maha Mencipta dan Mengatur alam semesta ini.

Gerak-geriknya senantiasa dilihat oleh Allah SWT. Selain itu ia juga orang yang menyadari, bahwa segala sesuatu (termasuk dirinya sendiri) akan mengalami kematian.

Semuanya pasti akan berakhir, kecuali Dzat Allah SWT. Tidak hanya itu, ia juga beriman kepada para Malaikat, khususnya Malaikat Raqib (pencatat amai-amal baik) dan Malaikat Atid (Pencatat amal-amal buruk).

Kecuali itu, ia juga seorang yang selalu mengikuli aturan-aturan hidup (Kitab Suci al Qur’an). Seluruh kehidupannya selalu sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam kitab-kitab suci, khususnya al Qur’an.

Setelah keempat keimanan tersebut (tidak ketinggalan) keimanannya kepada para Nabi Allah pun adalah hal yang sangat mempengaruhi hidup dan kehidupannya. Para Nabi tersebut adalah pembawa ajaran keselamatan dan kebahagiaan bagi umat manusia, termasuk Nabi SAW. sehingga dalam menjalani kehidupan sehari-hari ia selalu mengikuti ajaran yang dibawa para Nabi tersebut.

2. Segi Kepedulian sosial.
Orang yang baik dalam pandangan Allah SWT, tidak cukup dengan modal keimanan saja, akan tetapi ia juga harus memiliki kepedulian terhadap sesama umat manusia, seperti kepada keluarganya sendiri, anak-anak yatim, orang-orang miskin, kaum dhu’afa dan orang-orang yang kehilangan hak dan wewenang (hamba sahaya).

Orang yang baik tidak akan membiarkan orang-orang tersebut, kecuali diperhatikan dan dibantunya serta disayangi dan dihormatinya. Orang baik tidak akan mau menumpuk kekayaan, kecuali dibagikannya kepada orang-orang yangberihak menerimanya. Dan orang baik adalah yang memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan bersama orang lain.

3. Segi ibadah.
Seseorang yang telah baik imannya, ia juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi, (namun) untuk menggolongkannya sebagai orang baik dalam pandangan Islam, ia juga haruslah melaksanakan ibadah shalat dan membayar zakat hartanya secara baik dan benar.

Apabila pelaksanaan shalatnya benai-benar didasari oleh nilai ketaatan dan kecintaan yang tinggi kepadaAllah dan Rasul-Nya, serta dengan pelaksanaannya yang sesuai dengan ketentuan yang telah anda dan dicontohkan oleh Nabi SAW.

Sementara ia senantiasa membayar zakat hartanya dengan ikhlas dan dengan cara yang baik dan benar, maka (dengan sendirinya) ia telah membangun hubungan baik dengan Allah SWT (hablum minallah) dan hubungan baik dengan manusia (hablum minannas).

4. Segi penepatan janji.
Menepati janji adalah hal yang sangat penting. Posisinya menjadi tolok ukur kebaikan seseorang. Apabila seseorang selalu menepati janjinya maka ia telah menyelamatkan diri dari sebahagian ancaman kemunafikan. Oleh karena itu, menepati janji termasuk syarat untuk menjadi baik dalam pandangan Islam (QS. Al Baqarah: 177).

5. Segi kesabaran.
Dalam pandangan Islam (Allah SWT) orang baik harus memiliki sifat sabar. Walaupun seseorang telah memiliki iman, kepedulian sosial, melaksanakan shalat dan membayar zakat, dan juga senantiasa menepati janji, namun apabila ia tidak memiliki sifat sabar yang baik dan benar, maka ia belum termasuk baik dalam pandanganAllah SWT.

Sumber : Lembar Risalah An-Natijah, No. 26 / Thn. XIV - 26 Juni 2009

Cita-cita

Saya mempunyai seorang adik laki-laki yang bisa dibilang unik bagi sebagian orang yang tau apa cita-citanya. Saat anak-anak termasuk saya sendiri mempunyai keinginan menjadi dokter, pilot, ABRI, dan manusia-manusia yang hebat lainnya, tapi tidak begitu halnya adik saya yang satu ini. Pertama kali mendengar apa yang menjadi cita-citanya dari ibu, saya terbahak-bahak menertawakan sebuah cita-cita seseorang. Dan bahkan ibu pun sudah tidak tahan membendung tawanya walaupun kalimatnya belum selesai.. HA HA HA HA HA !! Lucu, itulah yang terlintas di pikiran kami saat itu..

Tapi seiring waktu, semua baru bisa diambil hikmahnya. Saat saya sekolah untuk mengejar cita-cita dia malah berhenti sekolah untuk mengejar cita-citanya. Hmmm… berhenti sekolah untuk mengejar cita-cita ? Aneh bukan ? Tapi tidak menjadi aneh bila anda mengetahui apa cita-citanya. Maka teruskanlah membaca…

Sampai detik-detik saya menulis tulisan ini pun, saya masih belum mencium bau tercapainya sebuah cita-cita, ironis sekali bukan ?. Lebih baik dilupakan dan melanjutkan peran yang saya lakoni saat ini.. Sedangkan adik saya sudah menikmati dari apa yang dia cita-citakan, apa yang telah ia pilih. Sederhana dan tidak muluk-muluk mungkin menjadi falsafah hidupnya serta tidak mau membuat hidup jadi susah. sayang, saya sudah terlanjur malu untuk mempertanyakan hal ini.

“aku ingin jadi supir..” katanya.

Mungkin kaulah orang yang memegang teguh kalimat “gantungkan dan kejarlah cita-citamu setinggi langit”. Dan langit menurutmu adalah sebuah benda yang beroda, dan banyak orang menganggap remeh siapa saja yang mengemudikannya. Dan terkadang orang-orang itu terseok-seok mengejar cita-cita tapi masih sempat meremehkanmu. Dan kau menjalaninya dengan penuh kebanggan ; berkerja bersama cita-cita..

.. Gantungkan dan kejarlah cita-citamu setinggi langit..”

bagaimana dengan kita hari ini ? Sudah tercapaikah cita-cita kita hari ini ?

Temukanlah langitmu…

Dikutip dari:filsafat.kompasiana.com

KEKUATAN CITA-CITA

KEKUATAN CITA-CITA Kisah 2 orang dari desa: Pak Parmo dan Haji Ramli Sebuah kisah yang sangat inspiratif tentang cita-cita Di sebuah sudut kota, di rumah kontrakan kecil, tinggallah sebuah keluarga sederhana. Pak Parmo berusia 30 tahun hidup bersama seorang istri dan satu anak. Dengan profesi sebagai tukang bakso Pak Parmo bekerja keras dan gigih untuk mengumpulkan sedikit demi sedikit rizki yang diberikan Allah. Setiap hari ia mendorong gerobag baksonya tanpa mengeluh. Dengan penghasilan pas-pasan ia disiplin dalam mengelola uangnya. Sebagian untuk menafkahi istri, biaya anak sekolah dan lain-lain, dan sebagian lagi ditabung, dan sesekali masih bisa menyempatkan infak di Masjid. Dia memang seorang yang berhati-hati dalam mengelola uang. Setiap hari, mulai pukul 06 pagi dia sudah siap berdiri di tepi jalan di depan sebuah minimarket dekat rumah kontrakannya. Untuk membeli daging bahan bakso dia harus datang lebih awal agar bisa leluasa memilih daging segar. Namun angkot yang datang sering sudah penuh dan nggak kebagian tempat. Jika sudah demikian biasanya Dia mendapatkan daging yang kurang bagus, atau Dia harus membayar lebih mahal untuk mendapatkan daging yang bagus. Seandainya saya punya sepeda motor, mungkin bisa lebih mudah, begitu pikirnya. Dia memang sudah lama mengidam-idamkan sepeda motor, disamping untuk memudahkan operasional bisnisnya juga untuk keperluan keluarga. Untuk itu dengan sabar telah mengumpulkan tabungan sedikit-demi sedikit. Suatu hari ia merasa tabungannya sudah cukup dan membukanya, “Alhamdulillah, ahirnya terkumpul juga”, pikir pak Parmo. Tabungannya yang sudah ditekuni sejak lima tahun lalu terkumpul sebanyak empat setengah juta. Dia begitu bahagia melihat tabungannya yang sudah begitu banyak. Dari bibirnya terbisik lirih: “Ya Allah ahirnya Kau kabulkan juga cita-citaku, sungguh Engkau maha pengasih dan maha penyayang". Ahirnya Pak Parmo pergi ke toko motor bekas dan dibelinyalah sebuah sepeda motor Hoda Astrea tahun 99 seharga empat setengah juta. Sejak saat itu kemana-mana Pak Parmo bisa naik sepeda motor, ia begitu bersyukur karenanya. Bakso Pak Parmo makin laris dan lancar saja. Seiring dengan bertambahnya pengalaman dia menjadi makin pintar cara berdagang dan meningkatkan efisiensi, ia memang tukang bakso jempolan. Setiap bulan Dia makin bersemangat untuk menyisihkan penghasilannya untuk ditabung. Cita-cita pak Parmo berikutnya adalah membangun rumah kecil agar tidak lagi membayar kontrakan setiap tahun. Dengan ketekunannya, dalam tiga tahun berikutnya ia telah berhasil mengumpulkan tabungannya hingga 10 juta. Dengan uang sepuluh juta itu dibayarlah uang muka rumah sangat sederhana tipe 21 di pinggiran kota tersebut seharga 50 juta. Lalu 40 juta sisanya ia angsur dalam waktu 12 tahun. Pendek cerita kehidupan pak Parmo bahagia dengan sebuah rumah mungil dan sepeda motor bekas yang masih tergolong lumayan. Begitulah keadaan pak Parmo dalam menekuni hidupnya dengan penuh syukur. Beliau dikaruniai hidup dalam kebahagiaan dan hampir setiap cita-cita yang ditekuninya berhasil. Ia dikaruniai dua orang anak, keduanya telah lulus SMA dan menikah, mereka semua hidup bahagia. Di sisi lain tersebutlah sebuah kisah tentang seorang pemuda bernama Ramli. Seperti Pak Parmo, Ramli juga seorang yang gigih. Dia tidak mau dibilang pemalas dikampungnya, dia bahkan punya obsesi yang jauh kedepan. "Saya harus pergi ke kota dan akan pulang dengan kesuksesan. Saya akan menjadi orang yang bermanfaat untuk orang banyak". Begitulah prinsip hidupnya. Maka selepas SMA dia langsung lari ke kota dan ikut dengan seorang penjual mie ayam. Ramli ini pintar bergaul dan cepat belajar serta pekerja keras. Dalam waktu hanya dua tahun ia telah berhasil meyakinkan majikannya bahwa ia memang pekerja yang hebat. Di tangannya warung Mie Ayam itu laris dan majikannya merasa bahwa Ramli punya andil besar dalam hal ini. Sehingga ketika majikannya buka cabang, Ramlilah yang dipercaya untuk mengelola warung mie yang baru tersebut. Ramli tidak ingin menyia-nyiakan amanah ini. Dengan amanah ini Ramli disamping menerima gaji bulanan seperti sebelumnya, ia juga berhak atas bonus 10% dari hasil penjualan jika omsetnya mencapai 6 juta sebulan. Dengan ketrampilannya membuat mie, hasil didikan majikannya itu, ditambah dengan pintarnya melayani pelanggan, dalam waktu yang sangat singkat omset warung Mie Ayam Ramli bisa menyaingi warung majikannya. Setiap bulan omsetnya selalu di atas 6 juta bahkan sering di atas 8 juta. Berarti ia berhak atas bonus 800 ribu rupiah belum termasuk gaji tetap 400 ribu perbulan. Sehingga rata-rata penerimaan gajinya sekitar Rp. 1.200.000 perbulan. Adalah gaji yang cukup besar bagi seorang anak lulusan SMA dengan masa kerja dua tahun. Ramli memang termasuk anak yang tidak mau berhenti belajar, cita-citanya tinggi. Ia harus menjadi orang sukses dan berguna bagi orang banyak. Dengan gajinya tersebut ia ingin melanjutkan kuliah sore di sebuah sekolah swasta mengambil jurusan Manajemen Perusahaan, sambil tetap jualan mie ayam. Tentu saja ia harus menambah tenaga ekstra. Dasar pekerja keras, itu semua dilakukan dengan penuh suka cita. Prestasinya di kuliah memang pas-pasan namun ia bisa menyelesaikan kuliahnya tepat waktu dalam 4 tahun. Ramli muda yang berusia 26 tahun ini telah menjadi Sarjana, Sarjana Ekonomi. Dengan predikat baru itu ia tidak lalu menjadi sombong, anak ini tetap seperti biasa yang rendah hati dan pandai mengambil hati majikannya. Dengan kemampuan barunya dalam bidang manajemen ini ia semakin menunjukkan mantapnya pengelolaan perusahaannya. Dua warung mie itu kemudian dibuatkan olehnya akuntansi yang baik, sehingga bisa menekan biaya-niaya yang tidak perlu, dan pada gilirannya menaikkan keuntungan. Serta trik-trik menarik pelanggan, dan langkah-langkah manajemen lainnya. Makin percayalah majikan itu dengannya. Tidak cukup sampai di situ, dasar Ramli ini memang cerdik, ada saja idenya. Kali ini Ramli mempunyai ide gila, ia jeli sekali melihat kegemaran majikannya yang sangat suka dengan berkebun bunga. Ia melihat setiap hari Bossnya makin gila dengan tanaman. Diambilnya kesempatan ini, ia mengajukan usulan pada bossnya: ”Boss, kayaknya hobi Boss ini bisa jadi duit lho”, kata Ramli kepada Bossnya pada suatu sore di kebun rumah Bossnya yang indah penuh bunga-bunga mahal. ”Apa maksudmu Ramli?” kata Bossnya. ”Boss jangan melulu hobi tapi jadikanlah hobi yang menghasilkan uang”, sahut Ramli. Ramli begitu yakin karena ia tahu bossnya makin gila dengan tanaman. ”Begitu ya, tapi saya kan masih jaga warung Ramli”, kata majikannya. ”Begini Boss, kalau Boss mau serahkan kedua warung mie itu kepada saya. Akan saya kelola dan Boss tetap mendapatkan penghasilan sejumlah yang Boss terima setiap bulannya”. Ramli memang pandai meyakinkan Bossnya. Ia tahu penghasilan Bossnya setiap bulan bersih kira-kira 7 juta rupiah. Dan itu bukan perkara sulit bagi Ramli untuk setoran setiap bulannya dengan kedua warung mie itu. Ahirnya bossnya setuju dan menekuni bisnis baru, sedangkan kedua warung mie tersebut diserahkan sepenuhnya dalam pengelolaan Ramli. Jadilah sekarang Ramli seorang direktur dua warung mie. Dipilihnya seorang karyawan yang paling handal kemudian diangkatlah dia menggantikan dirinya di warung cabang. Sedangkan Ramli pindah menunggui warung mie pusat menggantikan majikannya. Dalam pengelolaannya warung mie itu menjadi maju pesat dan setahun kemudian dibukalah cabang yang ke dua. Penghasilan Ramli makin besar dan tabungannya makin mantap. Muncullah cita-cita ia yang baru, lebih gila lagi. Obsesinya kali ini bahkan dia harus bisa ikut memiliki warung mie ini, dengan demikian dia bukan hanya pengelola tapi sekaligus pemilik. Dengan tabungan yang ia miliki ia tawarkan kepada majikannya untuk mendirikan cabang baru lagi yang ketiga, namun dengan modal andil dari Ramli, dan bossnya tetap mendapatkan sharing dari cabang yang baru tersebut. Tawaran tersebut diterima dan berdirilah cabang yang ke tiga. Ramli muda yang hebat dan dengan keberaniannya bercita-cita, dalam usia 28 tahun ia telah menjadi pengelola 4 warung mie dan satu di antaranya adalah miliknya sendiri. Pendek cerita ahirnya Ramli menikah dalam usia 28 tahun dengan gadis kota yang cantik dan terpelajar. Kemudian dalam usia 40 tahun ia telah berhasil membuka banyak cabang dalam bentuk franchais “MIE RAMLI”. 17 cabang telah dibukanya yang tersebar di 5 kota besar di Indonesia. Dalam kondisi seperti itu ia tidak lupa untuk tetap rajin beribadah pada Tuhannya. Ia rajin berjamaah ke masjid, infaknya besar, bahkan ia terkenal dengan sebutan Haji Ramli yang dermawan. Puteranya empat, yang pertama kuliah di Madinah, yang kedua di Jerman, yang ketiga dan ke empat di SMA paling favorit di kota itu. Ramli punya cita-cita akan pensiun di kampung dan mendirikan pesantren modern di kampungnya. Pesantren yang bisa membekali setiap santrinya dengan ilmu entrepreneur modern. Ahirnya dalam usia 50 tahun ia berhenti menjadi direktur Mie RAMLI dengan kepemilikan saham 65%. Dia pensiun dan pulang kampung dengan membangun sebuah pesantren seperti yang dicita-citakannya. Ia memang berani bercita-cita, rajin beribadah dan berdoa. Dia gigih dalam bekerja dan dia telah membuktikan cita-citanya “Menjadi orang sukses dan berguna bagi orang banyak”. Cita-cita Adalah Sebuah Pilihan Jalan HidupKedua ilustrasi di atas sama indahnya, Pak Parmo dan Haji Ramli keduanya adalah tokoh yang gigih bekerja, rajin beribadah dan rajin berdoa. Menjadi contoh dalam masarakat. Sama-sama dari desa, keduanya mendapatkan karunia hidup dalam kebahagiaan, subhanallah.Namun ada yang berbeda para pembaca:- Pak Parmo hidupnya tetap sebagai tukang bakso sampai tua, sedangkan haji Ramli pensiun dengan kepemilikan saham 65% di perusahaan MIE RAMLI yang cabangnya 17 buah tersebar di 5 kota besar di Indonesia.- Pak Parmo dikaruniai dua orang anak, keduanya lulus SMA dan telah menikah. Sedangkan haji Ramli dikaruniai 4 anak, dua di antaranya kuliah di luar negeri dan dua lainnya di SMA paling favorit di kota itu.- Haji Ramli pensiun dan dengan penuh syukur mengelola Pesantren Modern sedangkan pak Parmo dengan penuh syukur menekuni jualan baksonya. Subhanallah.Pelajaran penting dari kedua ilustrasi di atas adalah Pak Parmo dan Pak ramli sama-sama dari desa dengan latar pendidikan yang sama namun memiliki kondisi yang sangat berbeda di usia tuanya. Pak Parmo tidak berubah jauh dari kondisi sebelumnya, sedangkan pak Ramli telah jauh berbeda. Yang membedakan Pak Parmo dan Haji Ramli dalam sikapnya adalah cita-citanya atau keinginan-keinginannya. Haji Ramli memiliki keberanian dan cita-cita.Para pembaca, saya tidak berani menilai, lebih mulia mana Haji Ramli atau pak Parmo. Lebih banyak mana amalnya, Allahu a’lam. Tetapi seandainya kita adalah orang desa yang hanya lulusan SMA, kemudian kita diminta memilih apakah ingin jadi pak Parmo atau Haji Ramli, anda pilih yang mana. Anda sendiri yang berhak menjawabnya. Saya tidak berani mengatakan harus pilih jadi Haji Ramli, karena dalam hidup ini cita-cita adalah pilihan kita sendiri.Kalau saya pribadi sih pilih jadi Haji Ramli aja, he he....Allahu a’lam

Dikutip dari sebuah catatan seorang teman di FB.

Manusia dan pandangan hidup di Indonesia

Keragaman budaya bangsa Indonesia diungkapkan dengan kalimat Bhinneka Tunggal Ika yang mengandung arti, meskipun bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku bangsa, budaya dan bahasa, tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia itu satu sebagai bangsa.

Secara konsepsional, keragaman budaya itu merupakan aset bangsa, oleh karena itu perbedaan tidak harus dipersoalkan, sepanjang perbedaan itu dalam kerangka persatuan. Pancasila sering disebut sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Artinya nilai-nilai dari sila-sila Pancasila memang digali dari khazanah kebudayaan bangsa. Dari itu maka setiap pandangan hidup warga bangsa dijamin eksistensinya. Setiap warga negara dijamin oleh Undang-Undang untuk menjalankan agamanya sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Dalam perjalanan bangsa, pandangan Komunismepun pernah diakomodir dalam poros Nasakom. Hanya karena kesalahan PKI yang menggunakan kekerasan dalam peristiwa G.30.S lah yang menyebabkan faham komunis terlarang secara konstitusional di Indonesia.


Data sejarah bangsa menunjukkan bahwa aspirasi Islam sebagai way of life tak pernah berhenti terlibat dalam pergumulan ideologis, termasuk dalam proses perumusan UUD 45, dan kesemuanya berjalan sangat wajar karena mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam. Oleh karena itu tak bisa dipungkiri bahwa di dalam Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebenarnya terkandung butir-butir pandangan hidup Islam.

Berbicara mengenai Islam sebagai pandangan hidup dapat terungkap jika kita dapat memahami masalah HIDUP yang pada garis besarnya meliputi tiga permasalahan, yaitu (a) pandangan hidup, (b) Pola Hidup, dan (c) Etika hidup.

Pandangan Hidup umat manusia sepanjang sejarahnya mencatat banyak ragam pandangan hidup, baik yang dikenal sebagai filsafat maupun yang dikenal sebagai ajaran leluhur, maupun yang dikenal sebagai agama/ajaran Tuhan. Dalam Islam, pandangan hidup itu disebut aqidah (suatu keyakinan yang mengikat batin manusia). Karena mengikat batin maka aqidah menjadi pegangan hidup. Aqidah Islam memperkenalkan kepada manusia tentang Tuhan, tentang alam raya dan tentang makhluk manusia, di mana setiap individu termasuk di dalamnya.

Semua manusia secara naluriah mengenal dirinya dan alam sekitarnya sampai kepada alam raya. Secara naluriah manusia juga mengenal Tuhan (sekalipun dalam berbagai macam persepsi) dan pengenalannya itu saat menjadi keyakinan, memberikan pandangan hidup tertentu yang dijadikannya pegangan hidup bagi dirinya. Pandangan hidup yang diajarkan Islam menjelaskan kepada manusia bahwa ke-HIDUP-an itu adalah sesuatu yang amat mulia dan amat berharga. Hidup yang dianugerahkan Allah kepada manusia merupakan modal dasar untuk memenuhi fungsinya dan menentukan harkat dan martabatnya sendiri.

Oleh karena itu pesan-pesan al Qur'an dan hadis Rasulullah sendiri memberikan banyak peringatan kepada manusia supaya menggunakan modal dasar tersebut secermat mungkin dan jangan sekali-kali menyia-nyiakannya, karena ia sangat terbatas, baik waktunya maupun ruangnya. Lebih jauh lagi dijelaskan tentang adanya dua jenis ke-HIDUP-an, yaitu kehidupan manusia di bumi yang sangat terbatas ruang dan waktunya, dan karena keterbatasannya itu ia tidak bersifat kekal abadi, namun sifatnya nyata sehingga setiap orang mudah mengenalnya dan merasakannya.

Pada dasarnya kehidupan ini menyenangkan bagi manusia, karena bumi dan alam sekitarnya sudah dipersiapkan sedemikian rupa oleh Allah untuk mendukung kehidupan manusia. Ciri kesenangan inilah kemudian mendominasi pandangan hidup kebanyakan orang sehingga menjadikan "kesenangan" itu sebagai identifikasi dari kehidupan itu sendiri. Pandangan yang demikian itu direkam dalam surah al Hadid; di mana digambarkan bahwa yang dianggap kehidupan yang sesungguhnya ialah; permainan, senda gurau, kemegahan, perlombaan memperkaya diri, dan memperbanyak keturunan/pendukung (Q/57:20). Hal ini lebih diperjelas dalam surat Ali `Imran dimana digambarkan bahwa manusia menjadi tertarik mencintai segala yang menggiurkan, di antaranya; wanita-wanita, putera-puteri, emas dan perak yang bertumpuk-tumpuk, kendaraan pilihan, ternak dan sawah ladang. Semua itu adalah kenyataan-kenyataan yang sudah sangat dikenal oleh semua manusia, dan sebagian mereka sempat merasakan nikmatnya.

Pada dasarnya hal itu semua tidak pada tempatnya untuk dibenci atau diremehkan, karena kesemuanya itu adalah sebahagiaan dari nikmat Allah yang dipersiapkan untuk mendukung kehidupan manusia. Namun pemanfaatannya harus sesuai dengan petunjuk penggunaannya, dan ini terkait dengan pola hidup.

Selanjutnya jenis kehidupan lain yang diperkenalkan Islam adalah kehidupan di alam akhirat yang mutunya lebih tinggi, karena tidak terbatas dan bersifat kekal abadi. Segala kenikmatan yang ada di dalam kehidupan akhirat adalah lebih sempurna. Kedua jenis kehidupan tersebut itu bukan berdiri sendiri-sendiri, tetapi yang kedua merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari yang pertama. Alam akhirat merupakan tempat dan saat perhitungan akhir, dan penentuan nilai tetap bagi setiap manusia yang pernah menjalani kehidupan di alam dunia. Alam akhirat bukan lagi tempat dan waktu bekerja dan berbuat, tetapi hanyalah tempat dan saat menerima hasil akhir kerja dan perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu selama kita hidup di bumi ini. Dengan demikian, nyatalah bahwa kehidupan sebelumnya itu (yakni di dunia) sangat penting artinya. Kesempatan bekerja dan berbuat hanyalah didapatkan dalam kehidupan di alam dunia ini saja. Jadi benar-benarlah bahwa kehidupan di alam dunia ini merupakan modal dasar bagi manusia.

sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com