Sunday, May 30, 2010

Pengorbanan

Posted on 8:26 PM by Agazhw

'Membahagiakan orangtua, menyekolahkan adik, mencari kehidupan yang lebih baik, mengumpulkan modal demi masa depan keluarga dan anak-anak', menjadi motif bagi banyak perempuan muda untuk mengadu nasib ke luar negeri, meninggalkan sanak keluarga sendiri dan menjadi pembantu di keluarga orang lain'.
Saat ini sekitar empat setengah juta warga Indonesia menjadi buruh migran dan 70 persen perempuan. Sebagian besar bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Hongkong menjadi satu dari sekian tempat tujuan populer. Diperkirakan terdapat 110 ribu buruh migran Indonesia di sana dan enam ribu di Macau.

Pengorbanan
Satu dari mereka adalah Meme, gadis belia asal Blitar, Jawa Timur berusia 17 tahun. Meme berada di Hongkong selama hampir dua tahun. Ia meninggalkan Indonesia setamat SMP, dengan tujuan mencari uang untuk kedua adik, ayah, ibu serta untuk mempersiapkan masa depannya. 'Aku sebetulnya pingin melanjutkan SMA tapi aku kasihan sama ibuku. Ibuku kerja di Hongkong tapi sudah pulang, ayahku hanya seorang kuli. Aku punya adik dua yang pingin sekolah. Kalau aku lanjutin sekolah, mereka yang nggak bisa sekolah, kasihan', kata Meme. 'Sudah biar aku saja yang kerja untuk biaya sekolah adik-adikku', tambahnya.

Terganjal KasusBerbeda dari Meme yang masih lajang, Susanti, ibu muda berputri satu asal Madiun, Jawa Timur, belum genap satu tahun di Hongkong. Susanti tergiur gaji besar, tapi bukan uang yang didapat, justru tuduhan pencurian oleh majikan. Ia sekarang harus berurusan dengan polisi dan pengadilan. 'Saya ke sini karena saya pikir gajinya besar. Saya menanggung anak dan orang tua, tapi tidak tahunya malah begini', kata Susanti, yang berbulan-bulan lamanya menunggu polisi menyelesaikan kasusnya. Sementara itu pula Susanti tidak memiliki pendapatan karena peraturan melarangnya bekerja.

Demi Kekasih
Meme dan Susanti mewakili sebagian besar buruh migran yang harus meninggalkan sanak keluarga dan teman-teman mereka. Rasa rindu akan anak, suami, orangtua maupun pacar, diobati dengan kebulatan tekad bahwa mereka melakukan ini semua untuk orang-orang yang mereka kasihi.

Jus atau Siti Romlah adalah pengantin baru ketika ia harus kembali ke Hongkong satu setengah tahun yang lalu dan belum tahu kapan akan pulang ke Indonesia. 'Cita-cita sih mau cepat-cepat pulang ketemu keluarga dan bisnis kecil-kecilan', demikian Jus. 'Tapi karena kondisi, masih harus menyekolahkan adik dan mencukupi keluarga maka untuk pulang sekarang belum bisa. Rencananya satu tahun lagi tapi kalau masih kurang ya diundur lagi'. Selama itu pula Jus dan suaminya Anang harus membina hubungan melalui telepon dan sms.

Harga yang Dibayar
Relasi jarak jauh suami-isteri beserta seluruh akibatnya atau anak-anak yang merasa asing dengan ibunya sendiri, menjadi harga yang harus dibayar para perempuan buruh migran. Tidak itu saja, mereka juga harus mengorbankan kebebasan pribadi untuk menjadi pembantu di rumah orang lain. Semua itu dilakukan tanpa mengeluh, demi meraih secercah harapan masa depan yang lebih baik.

Dikutip dari:static.rnw.nl

No Response to "Pengorbanan"

Leave A Reply